RISIKO PERUBAHAN KURS
Kurs adalah nilai suatu mata uang relative terhadap mata uang lainnya. Sebagai contoh, kurs Rp/$ barangkali dituliskan sebagai berikut ini: Rp10.000/$. Kurs tersebut mempunyai arti bahwa satu dolar Amerika Serikat nilainya sama dengan 10,000 Rupiah.


Mata uang menguat
Mata uang melemah
Sistem Kurs Bebas
Apresiasi
Depresiasi
Sistem Kurs Tetap
Revaluasi
Devaluasi
Indonesia pernah mengalami dua sistem kurs yang berbeda: (1) Ditetapkan oleh Pemerintah, dan (2) Mengambang

Tabel 1. Apresiasi dan Depresiasi Rupiah terhadap $

Rupiah Melemah Terhadap $
Rupiah Menguat Terhadap $
Kurs Awal Tahun
Rp10.000/$
Rp10.000/$
Kurs Akhir Tahun
Rp12.000/$
Rp8.000/$
Berapa persen pelemahan/penguatan $ terhadap Rp
(12.000 – 10.000)/(10.000) x 100%
= 20%
(8.000 – 10.000)/(10.000) x 100%
= -20%
Berapa persen pelemahan/penguatan Rp terhadap $
(10.000 – 12.000)/12.000 x 100%
= -16,67%
(10.000 – 8.000) / 8.000 x 100%
= 25%
Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Perubahan Kurs
  • Perbedaan inflasi
  • Perbedaan tingkat bunga
  • Independensi Bank Sentral
  • Pertumbuhan Ekonomi
  • Ekspektasi terhadap nilai mata uang di masa mendatang
Tabel 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kurs
Faktor
Pengaruh terhadap Kurs
Inflasi tinggi
Tingkat bunga nominal tinggi
Tingkat bunga riil tinggi
Pertumbuhan ekonomi tinggi
Independensi bank sentral tinggi
Ekspektasi positif (negatif)
Depresiasi
Depresiasi
Apresiasi
Apresiasi
Apresiasi
Apresiasi (depresiasi)
Eksposur Terhadap Perubahan Kurs 
Literatur keuangan internasional membagi tiga jenis eksposur yang dihadapi oleh perusahaan berkaitan dengan perubahan kurs, yaitu:
  • Eksposur transaksi
  • Eksposur akuntansi
  • Eksposur operasi
Eksposur Transaksi 
Eksposur transaksi adalah eksposur yang terjadi karena perusahaan memasuki kontrak tertentu, yang kemudian memunculkan sejumlah nilai uang yang rentan terhadap perubahan kurs. Sebagai contoh, misalkan importer Indonesia membeli barang dari Amerika Serikat senilai $1 juta. Pembayaran dilakukan tiga bulan mendatang. Kewajiban melunasi hutang dagang tersebut senilai $1 juta rentan terhadap perubahan kurs di masa mendatang. 
  • Misalkan seorang eksportir Indonesia menjual barang ke Amerika Serikat, dan akan menerima $1 juta tiga bulan mendatang. Posisi spot yang dihadapi oleh eksportir tersebut akan terlihat seperti berikut ini.
  • Dengan diagram yang serupa dengan sebelumnya, gambarkan posisi spot eksportir tersebut
Eksposur Akuntansi
  • Eksposur akuntansi terjadi karena laporan keuangan dengan mata uang tertentu, kemudian dikonversikan ke laporan keuangan dengan mata uang lain, rentan (terekspos) terhadap perubahan kurs. Perubahan kurs bisa menyebabkan proses konversi semacam itu menghasilkan keuntungan atau kerugian. 
  • Sebagai ilustrasi, misalkan suatu perusahaan multinasional Amerika Serikat, memiliki anak perusahaan di Indonesia. Misalkan neraca anak perusahaan tersebut pada awal tahun terlihat berikut ini (lihat kolom 2).

Dalam Rp
Awal tahun ($)
Kurs= Rp5.000/$
Akhir tahun ($)
Kurs= Rp10.000/$
Kas
Piutang Dagang
Persediaan
Aktiva Tetap
Total Aset
 1.000.000
 2.000.000
 2.000.000
 5.000.000
10.000.000
200
400
400
1.000
2.000
100
200
200
500
1.000
Hutang Dagang
Hutang Jangka Panjang
Modal Saham
Total Pasiva
 2.000.000
 2.000.000
 6.000.000
10.000.000
400
400
1.200
2.000
200
200
600
1000
Kolom (4) menyajikan hasil konversi dengan menggunakan kurs yang baru yaitu Rp10.000/$. Terlihat total aset turun menjadi $1.000, modal saham turun nilainya menjadi $600. Penurunan modal saham tersebut menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian, yang menyebabkan modal sahamnya berkurang nilainya. Perhatikan bahwa kerugian tersebut bukan dikarenakan perubahan nilai ekonomis perusahaan, tetapi semata-mata karena perubahan kurs. Nilai ekonomis perusahaan sama antara awal tahun dengan akhir tahun.

Eksposur Operasi
Eksposur operasi adalah operasi perusahaan yang rentan (terekspos) terhadap perubahan kurs. Sebagai ilustrasi, misalkan produsen mobil Jepang Toyota menjual mobilnya ke Amerika Serikat. Jika yen menguat terhadap dolar AS, maka harga mobil Toyota di Amerika Serikat akan menjadi lebih mahal dibandingkan dengan sebelumnya. Akibatnya daya saing mobil Toyota di Amerika Serikat menjadi turun. 

Harga Toyota (dalam yen)
Harga Toyota ($)
Kurs adalah Y100/$
Harga Toyota (S)
Kurs adalah Y50/$
Yen 1.000
$ 10
$ 20
Terlihat harga mobil Toyota (dalam $) menjadi lebih mahal dibandingkan sebelumnya, hanya karena perubahan kurs. Harga mobil dalam yen masih tetap sama.

Karena harga mobil Toyota di Amerika Serikat semakin mahal, akibat selanjutnya adalah penjualan Toyota di AS berkurang, yang mengakibatkan kas masuk Toyota dari penjualan di Amerika Serikat berkurang. Di sisi lain, Toyota harus membayar input, tenaga kerja di Jepang. Jika pemasukan terganggu, maka operasi Toyota bisa terganggu karena pemasukan menjadi lebih sedikit, padahal pengeluaran tetap sama. Toyota dalam contoh di atas dikatakan mempunyai eksposur operasi, karena operasi Toyota rentan terhadap perubahan kurs.

Eksposur Ekonomi
Eksposur operasi digabung dengan eksposur transaksi menjadi eksposur ekonomi.
Eksposur Ekonomi = Eksposur operasi + Eksposur transaksi
Eksposur ekonomi adalah nilai perusahaan yang rentan terhadap perubahan kurs. Sebagai ilustrasi, kembali ke contoh Toyota, karena penjualan Toyota berkurang, akibatnya adalah menurunnya aliran kas untuk Toyota. Karena aliran kas berkurang, nilai atau harga saham Toyota bisa turun. Dengan demikian harga saham Toyota terekspos (rentan) terhadap perubahan kurs.

Perusahaan yang melakukan investasi yang signifikan di bidang teknologi. Perusahaan tersebut ditandai dengan TC2 (total cost atau biaya total). Karena perusahaan melakukan investasi yang signifikan di bidang teknologi, kemudian di kapitalisasi, maka depresiasi yang dibebankan menjadi tinggi. Dengan kata lain biaya tetap perusahaan tersebut cukup tinggi (FC2).Tetapi biaya variabel perusahaan tersebut lebih rendah. Karena itu slope dari TC2 cenderung lebih datar. 
Perusahaan yang investasi di bidang teknologinya lebih sedikit akan menggunakan mesin yang lebih sedikit. Karena itu depresiasinya lebih sedikit, dan biaya tetapnya lebih kecil, seperti yang ditunjukkan oleh FC1. Tetapi biaya variabelnya lebih besar, sehingga slope dari TC1 lebih besar dibandingkan dengan slope dari TC2 

Ilustrasi risiko teknologi.
IBM pada tahun 1970-an merupakan perusahaan yang terkemuka dengan produk andalannya yaitu computer mainframe. Pangsa pasar computer mainframe mencapai lebih dari 90%. Pada tahun 1980-an, computer PC mulai populer. IBM termasuk salah satu perusahaan yang mempopulerkan PC. Tetapi PC tersebut tidak pernah dianggapsebagai produk serius. Ketika PC semakin baik, semakin andal, banyak perusahaan yang beralih dari mainframe ke PC, karena biayanya yang lebih murah. IBM terlambat mengantisipasi sehingga penjualan mainframe jatuh. IBM berada dalam krisis besar. Untungnya Direktur baru berhasil melakukan perubahan sehingga IBM bisa bertahan sampai sekarang. 

Pada tahun 1990-an, floppy disk sempat mendapat persaingan dari produk baru yaitu Zip-drive (buatan Iomega). Zip-drive mirip dengan disk drive, bedanya Zip-drive lebih tebal, dan mempunyai kapasitas lebih besar. Secara ekonomis Zip-drive tersebut lebih baik dibandingkan dengan disk-drive. Karena itu beberapa PC mulai memasang Zip-drive tersebut bersamaan dengan floppy disk-drive. Nampaknya Zip-drive akan menjadi standar baru menggantikan floppy-drive. Tetapi karena sesuatu hal, Zip-drive tidak pernah berkembang pesat apalagi menggantikan floppy-drive. Beberapa analis menganggap kesalahan ada pada perusahaan karena tidak bisa memanfaatkan momentum dengan cepat. Tetapi sumber penghalang lain adalah munculnya teknologi penyimpanan data yang lebih baik, seperti CD recordable dan writeable, yang lebih murah dan mempunyai kapasitas yang jauh lebih banyak. Flash disk juga mulai populer dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan floppy-disk atau CD. Zip-drive gagal menjadi standar dalam PC karena munculnya teknologi baru yang lebih baik.

RISIKO LAINNYA
Disamping risiko perubahan kurs dan risiko teknologi, masih banyak risiko spekulatif lainnya yang dihadapi oleh perusahaan, seperti:
  • Risiko Likuiditas
  • Risiko Politik (Sovereign Risk)
Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas terjadi jika perusahaan mengalami kesulitan membayar kewajiban jangka pendek. 
Jika risiko likuditas tidak ditangani dengan baik, risiko tersebut bisa meningkat menjadi risiko solvabilitas atau solvency risk, yang bisa mengakibatkan kebangkrutan perusahaan. 
Sebagai contoh, misalkan perusahaan tidak bisa melunasi hutang dagangnya  risiko likuiditas. Kreditor meminta untuk merubah hutang dagang menjadi hutang wesel. Sekarang hutang wesel mempunyai kekuatan hukum, karena perusahaan secara tertulis berjanji untuk melunasi hutang wesel pada tanggal tertentu di masa mendatang. Jika perusahaan gagal melunasi hutang wesel, bukannya tidak mungkin kreditor tersebut meminta pengadilan untuk membangkrutkan perusahaan  risiko solvency.

Pengukuran Risiko Likuditas
Perusahaan biasa bisa menggunakan rasio likuiditas seperti rasio lancar dan acid ratio untuk mengukur risiko likuditas tersebut, seperti berikut ini.
  • Rasio lancar = ( Aktiva Lancar / Hutang Lancar)
  • Acid ratio  = ( Aktiva Lancar – Persediaan ) / Hutang Lancar
  • Anggaran kas atau peramalan kas untuk melihat potensi risiko likuiditas.
Risiko Likuiditas Perbankan
  1. Bank sektor yang paling rentan terhadap risiko likuiditas karena struktur modalnya (sebagian besar adalah dana pihak ketiga)
  2. Sumber risiko likuditas perbankan: 
(1) sisi aktiva
(2) sisi pasiva

Sisi Aset : Jika bank memberikan jaminan atau komitmen untuk memberikan hutang sejumlah tertentu di masa mendatang (misal tiga bulan). Misalkan tiga bulan mendatang calon debitur datang ke bank untuk memanfaatkan janji bank tersebut, maka bank harus bisa menyediakan sejumlah uang yang telah dijanjikan. Jika bank gagal memberikan sejumlah uang tersebut, maka bank menghadapi risiko likuditas.
Sisi Pasiva: Sumber dana bank sebagian besar berasal dari dana pihak ketiga dalam bentuk tabungan dan deposito yang sangat likuid. Jika penarikan dana oleh masyarakat terjadi lebih besar dari yang diperkirakan, maka bank tersebut bisa menghadapi krisis likuiditas. Jika krisis tersebut tidak ditangani, perusahaan bisa terancam kelangsungannya. Misalkan masyarakat menjadi panic karena tidak bisa mengambil tabungannya, atau muncul rumor tertentu yang tidak baik, masyarakat bisa mengalami krisis kepercayaan terhadap bank tersebut. Sebagai akibatnya, masyarakat akan menarik dananya secara bersamaan dari bank tersebut. Bank bisa jatuh karena sumberdana menghilang, ditarik masyarakat secara bersamaan. 

Risiko Politik (Soverign Risk) 
Jika perusahaan merupakan perusahaan multinasional yang beroperasi di banyak Negara, maka perusahaan tersebut akan menghadapi risiko politik. Risiko politik bisa didefinisikan sebagai kejadian di Negara tujuan investasi (host) yang bisa menggangu aliran kas perusahaan multinasional. 
Risiko politik merupakan garis kontinum dari yang paling ringan sampai ke yang paling berat.

Salah satu indikator untuk melihat risiko politik di suatu Negara adalah risiko Negara (country risk). Beberapa lembaga menerbitkan risiko Negara-negara di dunia, mulai dari Negara dengan risiko rendah, tinggi, sampai terlarang. Perusahaan multinasional akan memperhatikan risiko Negara jika mereka memutuskan untuk melakukan investasi di Negara tersebut.