
JAKARTA – Pengamat Politik Universitas Paramadina, Hendri Satro, menilai menurunnya tingkat elektabilitas pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat dalam beberapa survei terakhir karena Ahok tidak mengubah gaya komunikasinya.
"Saya rasa wajar karena Ahok tidak mengubah strateginya. Dia kanpunya gaya komunikasi yang tidak populis. Ini sama sekali tidak diubah. Sementara masyarakat menemukan dua orang yang memiliki gaya komunikasi berbeda sehingga ada pembanding," kata Hendri ketika berbincang dengan Okezone, Sabtu (8/10/2016).
Sebelumnya, Lembaga Survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (Kedai Kopi) juga melakukan survei mengenai tren pemilih di Jakarta. Menurut Hendri, dari hasil survei tersebut, penduduk Jakarta merupakan tipikal warga yang membuka kesempatan besar bagi orang baru untuk memimpin Ibu Kota.
"Buktinya 82 persen dari publik Jakarta yakin bahwa calon alternatif bisa mengalahkan petahana. Ini kalau di dalam dunia marketing, publik warga Jakarta sedang mencoba-coba barang baru. Ahok kan barang lama, sudah ketahuanlah. Ada barang baru namanya Agus sama Anis. Jadilah coba," katanya.
Hendri menambahkan, dari hasil survei Kedai Kopi tersebut, 50 persen pemilih di Jakarta belum mantap menentukan pilihannya. "Tapi, mantap pilihannya enggak semuanya ke Ahok bisa jadi ke Agus sama Anis juga," ujarnya.
Sementara itu, dari hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, elektabilitas Ahok menurun. Salah satu faktor penyebabnya adalah persoalan reklamasi dan penggusuran. Elektabilitas ketiga pasangan tersebut, yaitu Ahok-Djarot 31,4 persen, Anies Baswedan-Sandiaga Uno 21,1 persen, dan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni 19,3 persen. LSI bahkan memprediksi Ahok bisa tumbang dalam Pilgub DKI Jakarta 2017.