`Aplikasi Eksternal: Sistem Informasi Strategik dan Inter Organisasi
pendahuluan
Sistem informasi sekarang digunakan sebagai senjata kompetitif yang ampuh untuk memenangkan persaingan. Sisten informasi untuk keunggulan kompetitif seperti ini disebut dengan sistem informasi strategik (SIS) ataustrategic information system.
Perbedaan sistem informasi strategik dan sistem informasi di level strategik
Sisten informasi di level strategik
Sistem informasi strategik
·         Untuk manajer atas
·         Untuk merumuskan strategik
·         Hanya sebuah sistem informasi yang disebut dengan sistem informasi eksekutif (SIE).
·         Untuk kompetitif
·         Untuk menerapkan strategi
·         Dapat berupa sistem-sistem teknologi apapun di level manapun.

Perbedaan dengan sistem informasi konvensional
1.       Dukungan
Mendukung manajer untuk menyelesaikan operasi kritis di perusahaan, sedang informasi strategik mendukung manajer dalam menerapkan strategik.
2.       Fokus
Menggunakan teknologi untuk mengganti tenaga manusia, sedangkan fokus sistem informasi strategik adalah sebagai alat atau senjata kompetitif.
3.       Tujuan
Lebih untuk efisiensi (pengurangan biaya), sedangkan tujuan sistem informasi strategik adalah untuk memenangkan persaingan.
4.       Orientasi
Lebih berorientasike aplikasi internal, sedangkan sistem informasi strategik lebih berorientasi baik ke internal maupun eksternal untuk menjangkau konsumen.
Strategik
Menurut Porter (1980) adalah cost leadership, differentition atau fokus. Strategi-strategi lainnya yaitu innovation, alliance dan growth.
1.       Cost leadership strategy
Suatu sistem informasi dikatakan mendukung strategi ini jika dapat mencapai posisi sebagai prosedur dengan biaya terendah didalam industri, yaitu dengan cara;
·         Menurunkan secara drastis biaya proses bisnis dengan melakukan rekayasa proses bisnis (buseness process reenginering)
·         Menurunkan biaya dari pemasok,
·         Menurunkan biaya ke pelanggan.
2.       Diferrentiation strategy
Jika dapat menyediakan produk atau jasa yang berbeda atau unik dengan nilai yang lebih besar kepada pelnggan dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya, dengan cara;
·         Menggunakan teknologi informasi untuk membuat produk atau jasayang berbeda
·         Menggunakan teknologi informasi untuk mengurangi keuntungan diferensi dari pesaing.
3.       Focus strategiy
Jika perusahaan dapat membantu perusahaan memfokuskan pada produk atau jasa khusus di suatu niche khusus didalam perusahaan.
4.       Innvation strategiy
Jika dapat menemukan cara kusus dalam berbisnis yaitu dengan menyediakan produk atau jasa inovasi terbaru yang belum dilakukan oleh pesaing-pesaingnya. Yaitu dengan cara:
·         Membuat market baru dengan melibatkan teknolgi informasi
·         Membuat cara baru menjual produk dan jasa yang melibatkan teknologi informas
5.       Alliancy strategy
Jika dapat membuat hubungan kerja sama yang menguntungkan (information leadership)
dengan pemasok, perusahaan lain dan bahkan dengan pesaing-pesaingnya, yaitu dengan cara:
·         Menggunakan sistem informasi antar organisasi untuk menghubungkan sistem-sistem informasi perusahaan.
6.       Growth strategy
Jika membantu mengembangkan dan
7.       Quality strategy

Model model penerapan SIS
Beberapa perusahaan yang menggunakan sistem informasi statejik (SIS) ubtuk mengimplementasikan satu untuk memenangkan persaingannya.
 Beberapa model penerapan sistem informasi stratejik memberikan gambaran atau deskripsi tentang penerapan SIS ini. Beberapa model tidak hanya memberikan deskripsi saja,tetapi juga memberikan preskipsi atau cara menerapkan SIS.

Model tekanan-tekanan kompetisi
Siste infofmasi stratejik digunakan dalam sebagai alat kompetisi untuk memenangkan kompetisi. Model yang menjelaskan ancaman kompetisi yang banyak di gunakan adalah yang di kenal oleh Porter (1985) dengan nama model ancaman-ancaman kompetisi atau model tekanan-tekanan kompetisi (competitive forces model)
Persaingan terdiri dari lima macam ancaman (sekaligus menjadi oportuniti) yatu;
1.       Persaingan antar pesaing-pesaing yang sudah ada (rifalry among existing competitor).
2.       Ancaman pesaing-pesaing baru (threat of new sntrants).
3.       Ancaman produk atau jasa subtitusi (threat of substitute products and services).
4.       Kekuatan menawar dari pelanggan-pelanggan (bargaining power of customers).
5.       Kekuatan menawar dari pemasok-pemasok (bergaining power of suppliers).
Modal kekuatan menawar dan efisiensi kompetisi
Bakos dan treacy (1986) berargumentasi bahwa dua sumber utama dari modal ancaman kompetisi dari Porter adalah kekuatan menawar (bergaining power) dan efisiensi komparatif (comparative efficiency).
Dua sumber ini di tentukan olehlima macam faktor, yaitu:
Ø  Biaya-biaya pencarian (search-related costs).
Ø  Keunikan fitur produk (unique product feature).
Ø  Biaya-biaya berpindah (switching costs).
Ø  Efisiensi Internal (internal efficiency).
Ø  Efisiensi antar organisasi (interorganization efficiency).

Model rantai nilai
Porter (1985) membagi aktivitas di dalam perusahaan menjadi sembilan aktivitas yang di kelompokkan menjadi dua aktivitas besar, yaitu: empat aktivitas ipendukung dan lima aktivitas umum.
                Porter menjelaskan bahwa untuk mencapai keuntungan kompetisi, keseimbangan kegiatan-kegiatan tersebut harus mempunyai dan di tingkatkan nilainya, yaitu harus efisien dan efektif. Porter menamakan modelnya ini dengan nama rantai value (value chain) dan digambarkan sebagai berikut ini.
Lima tahapan poter dan millar
Porter dan millar (1985) mengusulkan lima tahap yang dapat dilakukan untuk menggali kesempatan-kesempatan stratejik yang mkin di lakukan . tahap ini adalah sebagai berikut.
1.       Menilai intensitas informasi (asses informatian intensity).
2.       Menentukan peran TI di struktur industri (determine the role of IT in the industry structure).
3.       Mengidentifikasi dan merangking cara-cara yang dapat dilakukan oleh TI untuk membuatkeuntungan stratejik (identify and rank the ways in which IT can create competitive advantage).
4.       Menginvestigasi kemungkinan TI mengembangkan bisnis baru (investigate how IT might spawn new business).
5.       Membuat suatu rencana untuk mengambil keuntungan dari TI (develop a plan fof taking ddventage of IT).

Model siklus sumber daya konsumen
Ives dan learmonth (1984) mengembangkan 13 tahap siklus siklus sumberdaya pelanggan atau costomer recource life cycle (CRLC) model yang berbasis pada model 4 tahap IMB.
Berikut ini merupakan tahap dari model CRLC di masing-masing tahapnya.
1.       Menentukan kebutuhan (establish requirment).
2.       Menentukan spesifikasi (spesify).
3.       Melihat sumber daya (select source).
4.       Pemesanan (order).
5.       Otorisasi dan pembayaran (outhorize and ply for).
6.       Mendapatkan (acquire).
7.       Menguji dan menerima (test accept).
8.       Mengintegrasikan (integrate).
9.       Mengawasi (monitor).
10.   Memutekhirkan (upgrade).
11.   Merawat (maintain).
12.   Memindah atau membuang (transfer or dispose).
13.   Pertanggung jawaban (accoun for).
Faktor-faktir sukses
Beberapa faktor perlu di perhatikan oleh perusahaan yang menerapkan SIS jika ingin berhasil . faktor-faktor suksen ini adalah sebagai berikut ini:
1.       Organisasi harus mempunyai visi TI
2.       Harus pararel dengan perencanaan stratejik perusahaan
3.       Menjadi yang pertama
4.       Kreatif menarik jangkauan dan lingkup

Faktor-faktor gagal
Selain faktor-faktor sukse yang perlu diperhatikan dalam penerapan SIS, beberapa faktor gagal juga perlu diperhatikan. Jika faktor ini diabaikan, akibatnya dapat sangat fatal bagi perusahaan, tidakhanya bagi penerapan strategi itu sendiri, tetapo juga bagi kelangsungan hidup perusahaanya. Faktor-faktor gagal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut ini:
1.       Perusahaan tidak mau atau tidak mampu mempertahankan investasi di masa depan.
2.       IT untuk sistem informasi stratejik tidak boleh gagal, karna kegagalan IT akan. memalukan, menurunkan jasa yang akibatkan menurunkan namabaik perusahaan.
3.       Penerapan SIS dapat menyebabkan tuntutan hukum dan melanggar regulasi.
4.       Waktu penerapan SIS yang kurang cepat.
5.       Kualitas dari sumber-sumber daya sistem teknologi yang kurang memadai.
6.       Perbedaan industri.
7.       Aliansi akan mendapat pesaing.
8.       Perbedaan kultur.