Alokasi Biaya Departemen Penunjang
A.
ALOKASI BIAYA DEPARTEMEN PENUNJANG
Alokasi berarti
cara membagi sekelompok biaya dan membebankannya pada berbagai sub unit. Hal
yang perlu ditekankan adalah alokasi tidak mempengaruhi biaya total. Biaya
total tidak berkurang atau meningkat dengan adanya alokasi. Meskipun demikian,
jumlah biaya yang dibebankan pada subunit dapat dipengaruhi oleh prosedur
alokasi yang dipilih. Karena alokasi biaya dapat mempengaruhi harga penawaran,
profitabilitas setiap produk, dan perilaku manajer, maka alokasi biaya
merupakan suatu hal yang penting.
Biaya-biaya
yang memberikan manfaat bersama, yang terjadi ketika sumber daya yang sama
digunakan dalam keluaran dua atau lebih jasa atau produk, disebut sebagai biaya
bersama. Contonya: upah yang dibayarkan pada penjaga keamanan di suatu pabrik
merupakan biaya bersama semua produk berbeda yang diproduksi di pabrik
tersebut. Manfaat keamanan dapat dirasakan oleh semua produk, tetapi pembebanan
biaya keamanan kesetiap produk adalah proses arbitrer.
Cara pembebanan biaya bersama pada
departemen akan dijelaskan dalam bab ini. Berdasarkan fungsinya, perusahaan
memiliki dua kategori departemen, departemen produksi dan departemen pendukung.
Departemen produksi bertanggungjawab pada pembuatan produk atau jasa yang
langsung dijual kepada konsumen. Sedangkan departemen pendukung menyediakan pelayanan
pendukung yang diperlukan oleh departemen produksi. Departemen ini tidak
berhubungan langsung dengan konsumen. Setelah departemen produksi dan pendukung
diidentifikasi, biaya overhead yang muncul di tiap departemen dapat ditentukan.
Overhead yang tidak dapat dibebankan dengan mudah pada departemen produksi dan
pendukung dibebankan pada departemen umum. Biaya overhead ini hanya dibebankan
pada satu departemen saja.
1.
Jenis Jenis Departemen
Dalam
model fungsi diperusahaan, obyek biaya adalah departemen. Terdapat dua kategori
departemen yaitu: Departemen produksi dan departemen pendukung. Departemen
produksi secara langsung bertanggung jawab pada pembuatan produk atau jasa yang
dijual pada pelanggan.
Departemen
produksi adalah departemen yang secara langsung mengerjakan produk yang diproduksi.
Contoh, departemen pengesahan dan perakitan. Departemen pendukung menyediakan
pelayanan pendukung yang diperlukan oleh departemen produksi. Departemen ini
berhubungan secara tidak langsung dengan suatu jasa atau produk organisasi
tersebut, misalnya: pemeliharaan, permesinan.
Dalam
perusahaan jasa dapat dibagi menjadi departemen produksi dan departemen
pendukung. Pabrik pembuat furniture dapat dibagi dua departemen produksi
(perakitan dan penyelesaian) serta empat departemen pendukung (ruang
penyimpanan bahan baku, kafetaria, pemeliharaan, general factory).
Setelah
perusahaan dibagi dalam departemen dan semua biaya overhead ditelusuri ke tiap
departemen, biaya departemen pendukung diberikan pada departemen produksi dan
tarif overhead dibuat untuk menentukan biaya produk. Tarif overhead departemen
adalah penting karena tiap departemen produksi mengerjakan banyak produk. Jika
dalam suatu departemen produksi hanya terdapat satu produk, semua biaya jasa
yang dialokasikan ke departemen tersebut adalah milik produk tersebut. Tarif
overhead ditentukan terlebih dahulu dihitung dengan menjumlahkan estimasi total
overhead suatu departemen dan membaginya dengan estimasi dasar pengalokasian
yang sesuai.
2.
Jenis Jenis Dasar Alokasi
Departemen
produksi membutuhkan jasa pendukung, oleh sebab itu, biaya departemen pendukung
ditimbulkan oleh aktivitas departemen produksi. Faktor-faktor penyebabnya
adalah variabel atau aktivitas dalam departemen produksi, yang menyebabkan
munculnya biaya jasa pendukung. Dalam memilih dasar pengalokasian biaya
departemen pendukung, berbagai usaha harus dilakukan untuk mengidentivikasi
faktor penyebab yang sesuai (penggerak biaya). Menggunakan faktor penyebab akan
menghasilkan biaya produk yang lebih akurat. Selanjutnya, jika faktor penyebab
diketahui, para manajer dapat mengontrol konsumsi jasa pendukung dengan lebih
baik.
Beberapa contoh
penggerak biaya pada departemen pendukung:
Departemen
Pendukung
|
Penggerak
Biaya
|
Akuntansi
|
Jumlah transaksi
|
Kafetaria
|
Jumlah karyawan
|
Pemrosesan data
|
Jumlah
baris yang dimasukkan
Jumlah
jam pelayanan
|
Permesinan
|
Jumlah
perubahan pesanan
Jumlah
jam
|
Pemeliharaan
|
Jam
mesin
Jam
pemeliharaan
|
Penyimpanan
bahan baku
|
Jumlah
perpindahan bahan baku
Berat
bahan baku yang dipindahkan
jumlah
bagian yang berbeda
|
Penggajian
|
jumlah karyawan
|
Personalia
|
Jumlah karyawan
jumlah
pemecatan atau pemberhentian
Jumlah
tenaga kerja baru
Biaya
tenaga kerja langsung
|
Listrik
|
Jam
penggunaan listrik
Jam
mesin
|
Pembelian
|
Jumlah
pesanan
Biaya
pesanan
|
Pengiriman
|
Jumlah pesanan
|
3.
Tujuan Alokasi
Beberapa
tujuan penting yang berhubungan dengan alokasi biaya departemen pendukung ke
departemen produksi, dan akhirnya ke produk tertentu:
1. Untuk menghasilkan satu kesepakatan
harga yang menguntungkan
2. Untuk menghitung profitabilitas lini
produk
3. Untuk memprediksi pengaruh ekonomi
dari perencanaan dan pengendalian
4. Untuk menilai persedian
5. Untuk memotivasi para manajer
Jika
biaya tidak dialokasikan denga akurat, biaya beberapa produk dapat terlalu
tinggi, hingga mengakibatkan penawaran yang terlalu tinggi dan hilangnya
potensi bisnis, sebaliknya, jika biaya terlalu rendah dan mengakibatkan
kerugian pada produk ini. Hal yang berhubungan dekat dengan penentuan harga
adalah laba. Dengan menilai laba berbagai produk, seseorang manajer dapat
mengevaluasi bauran produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Tentu saja biaya
yang akurat adalah hal yang penting untuk menentukan laba.
Alokasi
dapat digunakan untuk memotivasi para manajer. Jika biaya departemen pendukung
tidak di alokasikan ke departemen produksi, para menejer dapat memperlakukan produk
ini seakan-akan produk tersebut gratis. Tentu saja, pada kenyataanya, biaya
marginal sebuah produk lebih besar dari nol. Dengan mengalokasikan biaya dan
meminta para manejer departemen produksi bertanggung jawab atas kinerja ekonomi
unit mereka, suatu organisasi dapat memastikan bahwa para manejer akan
menggunakan suatu produk hingga manfaat marginal suatu produk sama dengan biaya
marginalnya. Jadi, mengalokasikan biaya produk membantu tiap departemen
produksi memilih tingkat konsumsi yang benar.
4.
Pengalokasian Biaya Satu Departemen Ke Departemen Lainnya
a.
Tarif Pembebanan Tunggal
Misal
bahwa perusahaan mengembangkan departemen foto copy sendiri untuk melayani tiga
departemen produksinya (audit, pajak, dan konsultan menajemen sistem atau MAS).
Biaya departemen foto copy termasuk biaya tetap sebesar $0,023 per lembar foto
copy (kertas dan tinta). Estimasi penggunaan (dalam kertas) oleh ketiga
departemen produksi adalah sebagai berikut ;
Departemen audit
|
94.500
|
Departemen pajak
|
67.500
|
Departemen MAS
|
![]() |
Total
|
![]() ![]() |
Jika
tarif pembebanan tunggal di gunakan, biaya tetap sebesar $26.190 akan
digabungkan dengan estimasi biaya variabel sebesar $6.210 (270.000 x $0,023).
total biaya sebesar $32.400 dibagi
dengan estimasi jumlah lembar yang di foto copy sebanyak 270.000 yang akan
menghasilkan tarif per lembar sebesar $0,12.
Jumlah
yang di bebankan ke departemen produksi merupakan suatu fungsi jumlah lembar
yang di foto copy. Anggaplah bahwa penggunaan aktual adalah ssebagai berikut ;
departemen audit sejumlah 92.000 lembar; dan departemen MAS 115.000 lembar.
Total biaya foto copy yang dibebankan pada masing-masing departemen dapat
diperlihatkan sebagai berikut ;
Jumlah
|
x
|
Pembebanan
|
=
|
Total
|
|
Lembar
|
per Lembar
|
Pembebanan
|
|||
Audit
|
92.000
|
$0,12
|
$11.040
|
||
Pajak
|
65.000
|
0,12
|
7.800
|
||
MAS
|
![]() ![]() ![]() |
0,12
|
![]() ![]() ![]() |
||
Total
|
272.000
|
$32.640
|
Apakah departemen foto copy membutuhkan
$32.640 untuk memfotocopy 272.000 lembar? Jawabanya Tidak, departemen foto copy
hanya membutuhkan $32.446, dengan
perhitungan [$26.190 + (272.000 x $0,023)]. Jumlah tambahan yang
dibebankan akibat dari perlakuan terhadap biaya tetap yang seakan-akan menjadi
biaya variabel. Jika penggunaan aktual fotocopy lebih kecil dari anggaran yang
difotocopy, maka total beban departement Foto Copy akan lebih kecil dari yang
sebenarnya.
b.
Tarif Bembebanan Berganda
Walaupun
penggunaan tarif tunggal adalah sederhana, namun hal ini mengabaikan dampak
diferensial dari perubahan penggunaan biaya. Biaya variabel departemen
pendukung naik sesuai tingkat kenaikan jasa. Sebagai contoh, biaya kertas dan
tinta untuk departemen foto copy meningkat sesuai peningkatan jumlah lembar
yang di foto copy.
1.)
Pengembangan Tarif Tetap
Biaya
tetap dapat di anggap sebagai biaya kapasitas, mereka di keluarkan guna
menyediakan kapasitas yang diperlukan untuk mengirim unit jasa yang dibutuhkan
oleh departemen produksi. Ketika departemen pendukung dibentuk, kemampuan
mengirimnya dirancang untuk melayani kebutuhan jangka panjang departemen
produski. Karena kebutuhan jasa pada awalnya menyebabkan penciptaan kemampuan
pelayanan, maka adalah beralasan untuk mengalokasikan biaya jasa tetap
berdasarkan kebutuhan tersebut.
Pengalokasian
biaya tetap mengikuti prosedur tiga langkah ;
a) Penetapan biaya jasa tetap yang di
anggarkan.
b) Perhitungan rasio alokasi.
c) Pengalokasian, dengan rumus ;
Alokasi = Rasio
alokasi x Biaya jasa tetap yang di anggarkan
Yang
dapat kita asumsikan sebagai berikut ;
Jumlah Foto Copy
Awal yang Dianggarkan |
Persentase Rasio yang
di Foto copy |
x
|
Biaya
Tetap |
=
|
Bagian Departemen
atas Biaya Tetap |
||
Audit
|
94.500
|
35
|
$26.190
|
$9.167
|
|||
Pajak
|
67.500
|
25
|
26.190
|
6.548
|
|||
MAS
|
![]() ![]() ![]() |
40
|
26.190
|
![]() |
|||
Total
|
270.000
|
100
|
$26.191
|


2.)
Pengembangan Tarif Variabel
Tarif
variabel tergantung pada biaya yang berubah ketika penggerak biaya berubah.
Pada departemen foto copy, penggerak biaya adalah jumlah lembar yang di foto
copy. Jika jumlah lembar yang di foto copy meningkat, kertas dan tinta yang
digunakan akan lebih banyak. Karena biaya rata-rata adalah $0,023 per lembar,
maka tarif variabel adalah $0,023. Tarif variabel ini digunakan dalam hubungan
dengan departeman audit dibebani 35 persen dari biaya yang di tambah $0,023 per
lembar yang difoto copy. Departeman pajak akan dialokasikan 25 persen dari
biaya tetap ditambah $0,023 perlembar. Sementara itu MAS akan dialokasikan 40
persen dari biaya tetap ditambah $0,023 per lembar.
Jumlah
Foto copy |
Jumlah
Tetap |
Jumlah
Variabel |
Total
Pembebanan |
|
Audit
|
92.000
|
$9.167
|
$2.116
|
$11.283
|
Pajak
|
65.000
|
6.548
|
1.495
|
8.043
|
MAS
|
115.000
|
10.476
|
2.645
|
![]() |
Total
|
![]() |
![]() |
![]() |
$32.447
|







c.
Penggunaan Biaya aktual versus Biaya yang di anggarkan
Prinsip
umum dari evalusai kerja adalah bahwa manajer tidak boleh di bebani tanggung
jawab atas biaya atau aktivitas yang berada di luar kendalinya. Karena para
manajer departemen produksi memiliki
input yang signifikan berkaitan dengan tingkat jasa yang di konsumsi, mereka
harus di bebani tanggung jawab atas bagian biaya jasa mereka. Namun, pernyataan
ini, mempunyai kualifikasi penting ; evaluasi departemen tidak boleh
dipengaruhi oleh tingkat efisiensi yang di capai oleh departemen lain.
Ingatlah
bahwa biaya tetap tahunan yang dianggarkan adalah sebesar $26.190 dan biaya
variabel yang dianggarkan adalah $0,023. Ketiga departemen produksi ; audit,
pajak, dan MAS. Mengestimasikan penggunan masing-masing sebesar 94.500 lembar, 67.500
lembar, dan 108.000 lembar. Berdasarkan data tersebut biaya yang dialokasikan
kesetiap departemen pada awal tahun. Bahwa metode tarif tunggal menghasilakn
pengalokasian yang sama dengan metode tarif berganda apabila angka yang dianggarkan digunakan.
Metode Tarif Tunggal
|
|||||
Jumlah
Foto copy |
x
|
Tarif
Total |
=
|
Alokasi
Biaya |
|
Audit
|
94.500
|
$0,12
|
$11.340
|
||
Pajak
|
67.500
|
0,12
|
8.100
|
||
MAS
|
108.000
|
0,12
|
12.960
|
||
Total
|
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
Metode
Tarif Berganda
|
|||||||
Jumlah
Foto copy |
x
|
Tarif
Variabel |
+
|
Alokasi
Tetap |
=
|
Biaya
yang
Dialokasikan |
|
Audit
|
94.500
|
$0,023
|
$9.167
|
$11.340
|
|||
Pajak
|
67.500
|
0,023
|
6.548
|
8.100
|
|||
MAS
|
108.000
|
0,023
|
10.476
|
12.960
|
|||
Total
|
![]() |


5.
Memilih Metode Alokasi Biaya Departemen Pendukung
Dalam
menentukan metode alokasi biaya departemen pendukung yang digunakan, perusahaan
harus menetapkan batasan interaksi departemen pendukung. Selain itu, mereka
harus menimbang biaya dan manfaat yang berhubungan dengan ketiga metode
pengalokasian biaya, yakni ;
a.
Metode langsung
Adalah
metode paling sederhana dan paling langsung mengalokasikan biaya departemen
pendukung. Biaya jasa variabel dialokasikan langsung ke departemen produksi
secara proporsional terhadap masing-masing departemen pengguna jasa. Biaya
tetap juga dialokasikan langsung kepada departemen produksi, tetapi berdasarkan
proporsi pada kapasitas normal atau praktis departemen produksi.
Departemen Pendukung
|
Departemen Produksi
|
|||||||||
Listrik
|
Pemeliharaan
|
Penggerindaan
|
Peraktitan
|
|||||||
Biaya lngsung
|
$250.000
|
$160.000
|
$100.000
|
$60.000
|
||||||
Aktivitas normal :
|
||||||||||
Killowat-jam
|
-
|
200.000
|
600.000
|
200.000
|
||||||
Jam pemeliharaan
|
1.000
|
-
|
4.500
|
4.500
|
||||||
b.
Metode Berurutan
Metode
ini mengetahui bahwa interaksi diantara departemen pendukung telah terjadi.
Akan tetapi, metode berurutan tidak secara penuh mengakui interaksi departemen
pendukung. Alokasi biaya dilakukan secara bertahap mengikuti prosedur penetapan
peringkat yang ditentukan terlebih dahulu. Biasanya urutanya ditentukan dengan
menyusun peringkat departemen pendukung dalam suatu tatanan jumlah jasa yang
diberikan, dari yang terbesar ke yang terkecil. Tingkat jasa biasanya di ukur
dengan biaya langsung dari setiap departemen pendukung; departemen dengan biaya
tertinggi dinilai sebagai pemberi dana terbesar.
Langkah 1 Menghitung
Rasio Alokasi
|
||||
Penggerindaan
|
Peraktitan
|
|||
Listrik :
|
600.000
|
0,75
|
-
|
|
(600.000 + 200.000)
|
||||
200.000
|
-
|
0,25
|
||
(600.000 + 200.000)
|
||||
Pemeliharaan :
|
4.500
|
0,50
|
-
|
|
(4.500 + 4.500)
|
||||
4.500
|
-
|
0,50
|
||
(4.500 + 4.500)
|
Langkah 2 Alokasi Biaya Departemen Pendukung Dengan
Menggunakan Rasio Alokasi |
|||||
Departemen Pendukung
|
Departemen Produksi
|
||||
Listrik
|
Pemeliharaan
|
Penggerindaan
|
Perakitan
|
||
Biaya Langsung
|
$250.000
|
$160.000
|
$100.000
|
$60.000
|
|
Listrik
|
(250.000)
|
-
|
187.500
|
62.500
|
|
Pemeliharaan
|
-
|
(160.000)
|
80.000
|
80.000
|
|
![]() ![]() |
![]() ![]() |
![]() ![]() |
![]() |





Langkah 1 Menghitung
Rasio Alokasi
|
||||||||||||
Pemeliharaan
|
Penggerindaan
|
Perakitan
|
||||||||||
Listrik :
|
200.000
|
0,20
|
-
|
-
|
||||||||
(200.000 + 600.000 +
200.000)
|
||||||||||||
600.000
|
-
|
0,60
|
-
|
|||||||||
(200.000 + 600.000 +
200.000)
|
||||||||||||
200.000
|
-
|
-
|
0,20
|
|||||||||
(200.000 + 600.000 +
200.000)
|
||||||||||||
Pemeliharaan :
|
4.500
|
-
|
0,50
|
-
|
||||||||
(4.500 + 4.500)
|
||||||||||||
4.500
|
-
|
-
|
0,50
|
|||||||||
(4.500 + 4.500)
|
||||||||||||
Langkah 2 Alokasi Biaya Departemen Pendukung Dengan Menggunakan
Rasio Alokasi
|
||||||||||||
Departemen Pendukung
|
Departemen Produksi
|
|||||||||||
Listrik
|
Pemeliharaan
|
Penggerindaan
|
Perakitan
|
|||||||||
Biaya Langsung
|
$250.000
|
$160.000
|
$100.000
|
$60.000
|
||||||||
Listrik
|
(250.000)
|
50.000
|
150.000
|
50.000
|
||||||||
Pemeliharaan
|
-
|
(210.000)
|
105.000
|
105.000
|
||||||||
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
|||||||||








Alokasi
yang di dapatkan dengan metode berurutan . di dapatkan dengan langkah pertama
adalah menghitung rasio alokasi. Perhatikan bahwa rasio alokasi untuk
departemen pemeliharaan mengabaikan penggunaan oleh departemen listrik karena
biayanya tidak dapat dialokasikan ke departemen pendukung. Langkah kedua adalah
mengalokasikan biaya departemen pendukung dengan menggunakan rasio alokasi yang
dihitung pada langkah pertama. Perhatikan bahwa $50.000 dari biaya departemen
listrik dialokasikan ke departemen pemeliharaan. Hal ini mencerminkan kenyataan
bahwa departemen pemeliharaan menggunakan 20 persen output departemen listrik.
Sebagai akibatnya, biaya oporasi departemen pemeliharaan naik dari $160.00 jadi
$210.000.
c.
Metode timbal balik
Metode
ini mengakui semua interaksi di antara departemen pendukung. Menurut metode ini
salah satu departemen pendukung menggunakan angka departemen lain dalam
menentukan total biaya setiap departemen pendukung dimana total biaya
mencerminkan interksi iantara departemen pendukung. Jadi, total biaya yang baru
dari departemen pendukung dialokasikan ke departemen produksi.
Total
biaya departemen pendukung. Total biaya pendukung adalah jumlah dari biaya
langsung ditambah proposisi biaya yang diterima dari departemen pendukung
lainnya. Persamaan biaya untuk setiap departemen pendukung dapat diperlihatkan
sebagai berikut
P = Biaya langsung + Bagian dari biaya pemeliharaan
= $250.000 + 0,10M (persamaan biaya listrik) (7.1)
M = Biaya langsung + Biaya dari baya listrik
= $160.000 + 0,20P (persamaan
biaya pemeliharaan) (7.2)
Data untuk mengilustrasikan metode
timbal balik
Departemen Pendukung
|
Departemen Produksi
|
||||
Listrik
|
Pemeliharaan
|
Penggerindaan
|
Perakitan
|
||
Biaya Langsung:
|
|||||
Tetap
|
$200.000
|
$100.000
|
$80.000
|
$50.000
|
|
Varabel
|
50.000
|
60.000
|
20.000
|
10.000
|
|
Total
|
$250.000
|
$160.000
|
$100.000
|
$60.000
|
|
Aktivitas Normal
|
|||||
Kilowatt-jam
|
-
|
200.000
|
600.000
|
200.000
|
|
Jam pemeliharaan
|
1.000
|
-
|
4.500
|
4.500
|
|
Proporsi Output yang Digunakan oleh Departemen
|
|||||
Listrik
|
Pemeliharaan
|
Penggerindaan Perakitan
|
|||
Rasio Alokasi:
|
|||||
Listrik
|
-
|
0,20
|
0,60
|
0,20
|
|
Pemeliharaan
|
0,10
|
-
|
0,45
|
0,45
|
Persamaan
biaya listrk (7.1) dan persamaan biaya pemeliharaan (7.2) dapat diselesaikan
secara simultan untuk menghasilkan total biaya setiap departemen pendukung.
Dengan persamaan ;
M =
$160.000 + 0,20 ($250.000 + 0,10M)
M =
$160.000 + $50.000 + 0,02 M
0,98M = $210.000
M = $214.286
Dengan
mensubsidikan niai untuk M ini kepersamaan 7.1 dihasilkan total biaya untuk
listrik.
P = $250.000 + 0.10 ($214.286)
= $250.000 + $21.429
= $271.429
Alokasi Departemen Produksi. Setelah total biaya setiap
departemen pendukung diketahui, alokasi kedepartemen produksi dapat diketahui.
Alokasi ini, berdasarkan proporsi output yang digunakan oleh setiap departemen
produksi. Total biaya yang dialokasikan kedepartemen produksi (dari listrik dan
pemeliharaan) sama dengan $410.000, yaitu total biaya langsung dari dua
depatemen pendukung ($250.000 + $160.000).
Departemen Pendukung
|
Departemen Produksi
|
||||
Listrik
|
Pemeliharaan
|
Penggerindaan
|
Perakitan
|
||
Biaya Langsung
|
$250.000
|
$160.000
|
$100.000
|
$60.000
|
|
Listrik
|
(271.429)
|
54.286
|
162.857
|
54.286
|
|
Pemeliharaan
|
21.429
|
(21.429)
|
96.429
|
96.429
|
|
Total
|
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |




6.
Tarif Overhead Departemen Dan
Perhitungan Biaya Produk
Tarif biaya
overhead dihitung dengan menembahkan biaya pendukung yang dialokasikan ke biaya
overhead yang secara langsung dapat ditelusuri pada departemen produksi dan
membaginya dengan beberapa ukuran aktivitas, seperti jam tenaga kerja langsung
atau jam mesin. Misalnya dari contoh alokasi berurutan total biaya overhead
departemen pengesahan adalah $355.000, dan asumsikan bahwa jam mesin adalah
dasar untuk pembebanan overhead ke produk dengan aktivitas normal sebesar
71.000 jam mesin, maka tarif biaya overhead departemen pengesahan adalah:
Tarif overhead
pengesahaan
|
=
|
$355.000
|
71.000 jam Mesin
|
||
=
|
$ 5 per jam mesin
|
Dengan cara
yang sama, total biaya overhead departemen perakitan sebesar $ 215.000, dan
diasumsikan tingkat aktivitas normal sebesar 107.500 jam tenaga kerja, maka
tarif biaya overhead di departement perakitan adalah:
Tarif overhead
perakitan
|
=
|
$215.000
|
107.500 jam tenaga kerja
|
||
=
|
$ 2 per jam tenaga
kerja
|
Dengan menggunakan tarif – tarif
ini, biaya produk per unit dapat ditentukan. Sebagai gambaran, anggaplah bahwa
suatu produk membutuhkan dua jam mesin pengasahan dan satu jam perakitan untuk
satu unit yang diproduksi. Biaya overhead yang dibebankan ke satu unit produk
ini menjadi [ (2 X $ 5) + (1X $ 2)]=
$12. Jika produk yang sama menggunakan bahan baku senilai $ 15 dan
tenaga kerja sebesar $ 6 (ditotal dari Pengesahan dan Perakitan), maka biaya
total per unit adalah ($ 12 + $
15 + $ 6).1=$ 33.
B.
ALOKASI JOINT COST
Joint Cost adalah
biaya-biaya yang dikeluarkan sejak pertama kali bahan baku diolah sampai saat
berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya.
1. Pentingnya
Alokasi Joint Cost
a.
Biaya bersama dapat digunakan untuk menentukan nilai persediaan dan perhitungan
harga pokok produk untuk pelaporan eksternal menurut standar akuntansi
keuangan.
b.
Biaya bersama bermanfaat dalam penentuan nilai persediaan untuk keperluan
asuransi.
2. Masalah
Yang Dihadapi dalam Alokasi Joint Cost
Masalah pokok yang dihadapi dalam mengalokasikan
biaya produk bersama adalah karena sifatnya yang indivisible artinya biaya
produk bersama tidak dapat diidentifikasikan secara spesifik dengan setiap
jenis produk yang dihasilkan secara simultan melalui proses produksinya. Oleh
karena itu metode alokasi yang tepat harus dipakai sebagai dasar dalam
mengalokasikan biaya bersama (joint cost) kepada masing-masing produk.
Terdapat tiga alternatif pendekatan yang dipakai
sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya bersama kepada setiap jenis produk yang
dihasilkan yaitu:
A. Pendekatan Harga Jual/Harga Pasar
B. Pendekatan Satuan atau Unit Produksi
C. Pendekatan Harga Pokok per Unit.
a. Pendekatan Harga Jual/Harga Pasar
Pendekatan
ini merupakan pendekatan yang paling populer. Asumsi dari pendekatan ini bahwa
ada korelasi positif antara harga jual setiap produk dengan harga pokoknya.
Metode ini dikenal juga sebagai nilai bersih yang dapat direalisasi. Nilai
bersih yang dapat direalisasi ini merupakan estimasi nilai jual setiap produk
pada titik pisah (split off).
Menurut
pendekatan ini pengalokasian biaya bersama dapat menimbulkan situasi:
(1)Harga
Jual sudah diketahui saat split off.
(2)Harga
Jual belum diketahui saat split off.
(1) Harga Jual sudah
diketahui saat split off
Menurut
pendekatan ini biaya bersama dialokasikan ke tiap-tiap produk dengan cara
membagi total nilai harga jual setiap produk dengan total nilai harga jual
produk yang diproduksi, kemudian hasilnya dikalikan dengan total biaya bersama.
Contoh:
PT.
ANDIKA memproduksi 3 jenis produk yang merupakan produk bersama yang diproses
secara simultan dengan joint cost (biaya bersama) Rp650.000,00.
Berikut
ini data produksi bulan September 2010:
Keterangan Produk
A
B C
Jumlah
unit yang diproduksi 66.000 70.400
44.000
Harga
jual per unit saat split off Rp10,00 Rp8,00 Rp6,00
Diminta:
Alokasikanlah
joint cost tersebut pada tiap-tiap produk…???
Jawab:
Keterangan
|
Produk A
|
Produk B
|
Produk C
|
Total
|
Jumlah
unit yang diproduksi
|
66.000
|
70.400
|
44.000
|
180.400
|
Harga
jual per unit saat split off
|
Rp10,00
|
Rp8,00
|
Rp6,00
|
24
|
Penjualan
saat split off
|
660.000
|
563.200
|
264.000
|
1.487.200
|
Penimbangan
|
44%
|
38%
|
18%
|
100%
|
Alokasi
Joint Cost
|
288.462
|
246.154
|
115.385
|
650.000
|
Biaya
Produksi per unit
|
4
|
3
|
3
|
10
|
(2) Harga Jual tidak
diketahui pada saat split off
Harga
jual produk bersama pada saat split off sangat mungkin tidak diketahui
terutama sekali bila produk tersebut masih memerlukan proses lebih lanjut.
Dalam keadaan ini harga jual produk pada saat menjadi produk selesai (setelah
diproses lebih lanjut) tetap harus diketahui. Harga jual produk bersama dalam
hal ini disebut harga jual hipotetis. Harga jual hipotetis adalah harga jual
produk selesai setelah diproses lebih lanjut dikurangi biaya yang dikeluarkan
untuk memproses lebih lanjut produk bersama yang telah terpisah (split off).
Contoh:
PT.
PUNKY menghasilkan produk A, B, C, dan D yang merupakan produk bersama. Produk
bersama dialokasikan pada saat split off. Produk A, B, dan D diproses
lebih lanjut sedangkan produk C langsung dijual. Oleh sebab itu alokasi biaya
bersama atas dasar harga jual hipotetis. Berikut data yang diperoleh pada
triwulan kedua tahun 2010:
Biaya Biaya Biaya
Unit Bahan
Baku Tenaga Kerja Operhead Pabrik
PDP
awal 11.000 Rp 1.100.000 Rp 275.000 Rp 357.500,00
Masuk
proses 99.000 Rp 9.900.000 Rp 5.487.625 Rp 6.976.750,00
Biaya
proses Harga jual
Produk
selesai (unit): lebih
lanjut/unit produk/unit
A
16.500 Rp35,00
Rp550,00
B
22.000 Rp45,00 Rp495,00
C
19.800 --- Rp440,00
D
30.800 Rp60,00 Rp660,00
PDP akhir 20.900 unit
dengan tingkat penyelesaian 100% biaya bahan baku dan 75% biaya konversi.
Buatlah Laporan Harga
Pokok Produksi dengan metode rata-rata pada triwulan kedua termasuk alokasi
biaya bersama….???
b. Pendekatan Satuan atau Unit Produksi
Menurut
pendekatan ini dasar alokasi dari biaya bersama adalah jumlah kuantitas yang
diproduksi untuk masing-masing produk. Persyaratan dalam pendekatan ini satuan
unit kuantitas harus sama seperti unit, ton, kilogram, meter, dsb. Metode ini
digunakan bila harga produk keluaran sangat cepat berubah atau banyak pemrosesan
yang terjadi antara titik pisah dan titik terawal suatu produk dapat dijual
atau bila harga produk tidak tersedia di pasar. Cara perhitungan alokasi biaya
bersama yaitu dengan membagi jumlah kuantitas masing-masing produk dengan
jumlah total kuantitas produk dan hasilnya dikalikan dengan total biaya
bersama. Bila produk yang dihasilkan tidak diproses lebih lanjut, maka perhitungan
harga pokok per unit akan diperoleh hasil yang sama.
Contoh:
Misalkan
menggunakan contoh sebelumnya, alokasi biaya bersama (joint cost) sebesar
Rp20.047.500,00. Produk yang dihasilkan A=16.500, B=22.000, C=19.800, dan
D=30.800.
Jawab:
Keterangan
|
Produk A
|
Produk B
|
Produk C
|
Produk D
|
Total
|
Jumlah
unit yang diproduksi
|
16.500
|
22.000
|
19.800
|
30.800
|
89.100
|
Penimbangan
|
19%
|
25%
|
22%
|
35%
|
100%
|
Alokasi Joint Cost
|
3.712.500
|
4.950.000
|
4.455.000
|
6.930.000
|
20.047.500
|
Produksi per
unit
|
225
|
225
|
225
|
225
|
900
|
c. Pendekatan Harga Pokok per Unit
Ada
dua cara untuk menghitung harga pokok per unit yaitu:
(1)Rata-rata
sederhana
(2)Rata-rata
tertimbang
(1)
Rata-rata sederhana
Harga
pokok per unit dihitung dengan membagi total biaya bersama dengan total
kuantitas yang diproduksi. Alokasi biaya bersama diperoleh dari harga pokok per
unit dikalikan jumlah kuantitas masing-masing produk.
Contoh:
Misalkan
menggunakan contoh di muka, diketahui total kuantitas produk jadi 89.100 unit
dan total biaya bersama Rp20.047.500,00. Alokasikan biaya bersama tersebut
terhadap masing-masing produk.
Jawab:
Harga Pokok per Unit
|
=
|
Rp 20.047.500
|
89.100 unit
|
||
=
|
Rp 225/unit
|
Keterangan
|
Produk A
|
Produk B
|
Produk C
|
Produk D
|
Total
|
Jumlah
unit yang diproduksi
|
16.500
|
22.000
|
19.800
|
30.800
|
89.100
|
Penimbangan
|
19%
|
25%
|
22%
|
35%
|
100%
|
Alokasi Joint Cost
|
3.712.500
|
4.950.000
|
4.455.000
|
6.930.000
|
20.047.500
|
Produksi per
unit
|
225
|
225
|
225
|
225
|
225
|
(2)
Rata-rata tertimbang
Metode
rata-rata tertimbang dipakai untuk produksi bersama yang memiliki nilai yang
berbeda dari masing-masing jenis produksinya. Dasar perhitungan dalam metode
ini adalah jumlah kuantitas dari masing-masing produk dikalikan dengan faktor
penimbangnya.
Faktor penimbang dapat ditetapkan atas dasar
jumlah bahan yang dipakai, sulitnya pembuatan produk, waktu pembuatan produk
dan tenaga kerja yang diperlukan. Berdasarkan faktor penimbang tersebut, maka
setiap produk diberi bobot tertentu yang menunjukkan peringkat produk.
Contoh:
Misalkan
masih digunakan contoh di muka, yaitu proses produksi menghasilkan 89.100 unit
dengan perincian produk A=16.500, produk B=22.000, produk C=19.800, dan produk
D=30.800. Joint cost diperoleh dari harga pokok yang dibebankan pada
produk jadi Rp20.047.500,00. Hitunglah alokasi joint cost pada tiap-tiap
produk apabila digunakan pendekatan harga pokok rata-rata tertimbang. Diketahui
angka penimbang (bobot) tiap-tiap produk adalah 4:2:3:1.
Jawab:
Keterangan
|
Produk A
|
Produk B
|
Produk C
|
Produk D
|
Total
|
Jumlah
unit yang diproduksi
|
16.500
|
22.000
|
19.800
|
30.800
|
89.100
|
Penimbangan
|
4
|
2
|
3
|
1
|
10
|
Alokasi Joint Cost
|
8.019.000
|
4.009.500
|
6.014.250
|
2.004.750
|
20.047.500
|
Produksi per
unit
|
486
|
182
|
304
|
65
|
1037
|