Alokasi Biaya Departemen Penunjang

A.    ALOKASI BIAYA DEPARTEMEN PENUNJANG
Alokasi berarti cara membagi sekelompok biaya dan membebankannya pada berbagai sub unit. Hal yang perlu ditekankan adalah alokasi tidak mempengaruhi biaya total. Biaya total tidak berkurang atau meningkat dengan adanya alokasi. Meskipun demikian, jumlah biaya yang dibebankan pada subunit dapat dipengaruhi oleh prosedur alokasi yang dipilih. Karena alokasi biaya dapat mempengaruhi harga penawaran, profitabilitas setiap produk, dan perilaku manajer, maka alokasi biaya merupakan suatu hal yang penting. 
Biaya-biaya yang memberikan manfaat bersama, yang terjadi ketika sumber daya yang sama digunakan dalam keluaran dua atau lebih jasa atau produk, disebut sebagai biaya bersama. Contonya: upah yang dibayarkan pada penjaga keamanan di suatu pabrik merupakan biaya bersama semua produk berbeda yang diproduksi di pabrik tersebut. Manfaat keamanan dapat dirasakan oleh semua produk, tetapi pembebanan biaya keamanan kesetiap produk adalah proses arbitrer.
Cara pembebanan biaya bersama pada departemen akan dijelaskan dalam bab ini. Berdasarkan fungsinya, perusahaan memiliki dua kategori departemen, departemen produksi dan departemen pendukung. Departemen produksi bertanggungjawab pada pembuatan produk atau jasa yang langsung dijual kepada konsumen. Sedangkan departemen pendukung menyediakan pelayanan pendukung yang diperlukan oleh departemen produksi. Departemen ini tidak berhubungan langsung dengan konsumen. Setelah departemen produksi dan pendukung diidentifikasi, biaya overhead yang muncul di tiap departemen dapat ditentukan. Overhead yang tidak dapat dibebankan dengan mudah pada departemen produksi dan pendukung dibebankan pada departemen umum. Biaya overhead ini hanya dibebankan pada satu departemen saja. 

1.      Jenis Jenis Departemen
Dalam model fungsi diperusahaan, obyek biaya adalah departemen. Terdapat dua kategori departemen yaitu: Departemen produksi dan departemen pendukung. Departemen produksi secara langsung bertanggung jawab pada pembuatan produk atau jasa yang dijual pada pelanggan.
Departemen produksi adalah departemen yang secara langsung mengerjakan produk yang diproduksi. Contoh, departemen pengesahan dan perakitan. Departemen pendukung menyediakan pelayanan pendukung yang diperlukan oleh departemen produksi. Departemen ini berhubungan secara tidak langsung dengan suatu jasa atau produk organisasi tersebut, misalnya: pemeliharaan, permesinan.
Dalam perusahaan jasa dapat dibagi menjadi  departemen produksi dan departemen pendukung. Pabrik pembuat furniture dapat dibagi dua departemen produksi (perakitan dan penyelesaian) serta empat departemen pendukung (ruang penyimpanan bahan baku, kafetaria, pemeliharaan, general factory).
Setelah perusahaan dibagi dalam departemen dan semua biaya overhead ditelusuri ke tiap departemen, biaya departemen pendukung diberikan pada departemen produksi dan tarif overhead dibuat untuk menentukan biaya produk. Tarif overhead departemen adalah penting karena tiap departemen produksi mengerjakan banyak produk. Jika dalam suatu departemen produksi hanya terdapat satu produk, semua biaya jasa yang dialokasikan ke departemen tersebut adalah milik produk tersebut. Tarif overhead ditentukan terlebih dahulu dihitung dengan menjumlahkan estimasi total overhead suatu departemen dan membaginya dengan estimasi dasar pengalokasian yang sesuai. 

2.      Jenis Jenis Dasar Alokasi
Departemen produksi membutuhkan jasa pendukung, oleh sebab itu, biaya departemen pendukung ditimbulkan oleh aktivitas departemen produksi. Faktor-faktor penyebabnya adalah variabel atau aktivitas dalam departemen produksi, yang menyebabkan munculnya biaya jasa pendukung. Dalam memilih dasar pengalokasian biaya departemen pendukung, berbagai usaha harus dilakukan untuk mengidentivikasi faktor penyebab yang sesuai (penggerak biaya). Menggunakan faktor penyebab akan menghasilkan biaya produk yang lebih akurat. Selanjutnya, jika faktor penyebab diketahui, para manajer dapat mengontrol konsumsi jasa pendukung dengan lebih baik.





Beberapa contoh penggerak biaya pada departemen pendukung:
Departemen Pendukung
Penggerak Biaya
Akuntansi
             Jumlah transaksi
Kafetaria
             Jumlah karyawan
Pemrosesan data
Jumlah baris yang dimasukkan
Jumlah jam pelayanan
Permesinan
Jumlah perubahan pesanan
Jumlah jam
Pemeliharaan
Jam mesin
Jam pemeliharaan
Penyimpanan bahan baku
Jumlah perpindahan bahan baku
Berat bahan baku yang dipindahkan
jumlah bagian yang berbeda
Penggajian
            jumlah karyawan
Personalia
            Jumlah karyawan
jumlah pemecatan atau pemberhentian
Jumlah tenaga kerja baru
Biaya tenaga kerja langsung
Listrik
Jam penggunaan listrik
Jam mesin
Pembelian
Jumlah pesanan
Biaya pesanan
Pengiriman
            Jumlah pesanan


3.     Tujuan Alokasi
Beberapa tujuan penting yang berhubungan dengan alokasi biaya departemen pendukung ke departemen produksi, dan akhirnya ke produk tertentu:

      1.      Untuk menghasilkan satu kesepakatan harga yang menguntungkan
      2.      Untuk menghitung profitabilitas lini produk
      3.      Untuk memprediksi pengaruh ekonomi dari perencanaan dan pengendalian
      4.      Untuk menilai persedian
      5.      Untuk memotivasi para manajer

Jika biaya tidak dialokasikan denga akurat, biaya beberapa produk dapat terlalu tinggi, hingga mengakibatkan penawaran yang terlalu tinggi dan hilangnya potensi bisnis, sebaliknya, jika biaya terlalu rendah dan mengakibatkan kerugian pada produk ini. Hal yang berhubungan dekat dengan penentuan harga adalah laba. Dengan menilai laba berbagai produk, seseorang manajer dapat mengevaluasi bauran produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Tentu saja biaya yang akurat adalah hal yang penting untuk menentukan laba.
Alokasi dapat digunakan untuk memotivasi para manajer. Jika biaya departemen pendukung tidak di alokasikan ke departemen produksi, para menejer dapat memperlakukan produk ini seakan-akan produk tersebut gratis. Tentu saja, pada kenyataanya, biaya marginal sebuah produk lebih besar dari nol. Dengan mengalokasikan biaya dan meminta para manejer departemen produksi bertanggung jawab atas kinerja ekonomi unit mereka, suatu organisasi dapat memastikan bahwa para manejer akan menggunakan suatu produk hingga manfaat marginal suatu produk sama dengan biaya marginalnya. Jadi, mengalokasikan biaya produk membantu tiap departemen produksi memilih tingkat konsumsi yang benar.

4.     Pengalokasian Biaya Satu Departemen Ke Departemen Lainnya
a.      Tarif Pembebanan Tunggal
Misal bahwa perusahaan mengembangkan departemen foto copy sendiri untuk melayani tiga departemen produksinya (audit, pajak, dan konsultan menajemen sistem atau MAS). Biaya departemen foto copy termasuk biaya tetap sebesar $0,023 per lembar foto copy (kertas dan tinta). Estimasi penggunaan (dalam kertas) oleh ketiga departemen produksi adalah sebagai berikut ;
Departemen audit
94.500
Departemen pajak
67.500
Departemen MAS
108.000
       Total
270.000
Jika tarif pembebanan tunggal di gunakan, biaya tetap sebesar $26.190 akan digabungkan dengan estimasi biaya variabel sebesar $6.210 (270.000 x $0,023). total biaya sebesar $32.400 dibagi dengan estimasi jumlah lembar yang di foto copy sebanyak 270.000 yang akan menghasilkan tarif per lembar sebesar $0,12.
Jumlah yang di bebankan ke departemen produksi merupakan suatu fungsi jumlah lembar yang di foto copy. Anggaplah bahwa penggunaan aktual adalah ssebagai berikut ; departemen audit sejumlah 92.000 lembar; dan departemen MAS 115.000 lembar. Total biaya foto copy yang dibebankan pada masing-masing departemen dapat diperlihatkan sebagai berikut ;
Jumlah
x
Pembebanan
=
Total
Lembar
per Lembar
Pembebanan
Audit
92.000
$0,12
$11.040
Pajak
65.000
0,12
7.800
MAS
115.000
0,12
13.800
    Total
272.000
$32.640

Apakah departemen foto copy membutuhkan $32.640 untuk memfotocopy 272.000 lembar? Jawabanya Tidak, departemen foto copy hanya membutuhkan $32.446, dengan perhitungan [$26.190 + (272.000 x $0,023)]. Jumlah tambahan yang dibebankan akibat dari perlakuan terhadap biaya tetap yang seakan-akan menjadi biaya variabel. Jika penggunaan aktual fotocopy lebih kecil dari anggaran yang difotocopy, maka total beban departement Foto Copy akan lebih kecil dari yang sebenarnya.

b.      Tarif Bembebanan Berganda
Walaupun penggunaan tarif tunggal adalah sederhana, namun hal ini mengabaikan dampak diferensial dari perubahan penggunaan biaya. Biaya variabel departemen pendukung naik sesuai tingkat kenaikan jasa. Sebagai contoh, biaya kertas dan tinta untuk departemen foto copy meningkat sesuai peningkatan jumlah lembar yang di foto copy.

1.)    Pengembangan Tarif Tetap
Biaya tetap dapat di anggap sebagai biaya kapasitas, mereka di keluarkan guna menyediakan kapasitas yang diperlukan untuk mengirim unit jasa yang dibutuhkan oleh departemen produksi. Ketika departemen pendukung dibentuk, kemampuan mengirimnya dirancang untuk melayani kebutuhan jangka panjang departemen produski. Karena kebutuhan jasa pada awalnya menyebabkan penciptaan kemampuan pelayanan, maka adalah beralasan untuk mengalokasikan biaya jasa tetap berdasarkan kebutuhan tersebut.


Pengalokasian biaya tetap mengikuti prosedur tiga langkah ;
a)      Penetapan biaya jasa tetap yang di anggarkan.
b)      Perhitungan rasio alokasi.
c)      Pengalokasian, dengan rumus ;
                                               Alokasi =  Rasio alokasi x Biaya jasa tetap yang di anggarkan
Yang dapat kita asumsikan sebagai berikut ;
Jumlah Foto Copy
Awal yang
Dianggarkan
Persentase Rasio yang
di Foto copy
x
Biaya
Tetap
=
Bagian Departemen
atas Biaya Tetap
Audit
94.500
35
$26.190
$9.167
Pajak
67.500
25
26.190
6.548
MAS
108.000
40
26.190
$10.476
      Total
270.000
100
$26.191
                                                                                          
2.)    Pengembangan Tarif Variabel
Tarif variabel tergantung pada biaya yang berubah ketika penggerak biaya berubah. Pada departemen foto copy, penggerak biaya adalah jumlah lembar yang di foto copy. Jika jumlah lembar yang di foto copy meningkat, kertas dan tinta yang digunakan akan lebih banyak. Karena biaya rata-rata adalah $0,023 per lembar, maka tarif variabel adalah $0,023. Tarif variabel ini digunakan dalam hubungan dengan departeman audit dibebani 35 persen dari biaya yang di tambah $0,023 per lembar yang difoto copy. Departeman pajak akan dialokasikan 25 persen dari biaya tetap ditambah $0,023 perlembar. Sementara itu MAS akan dialokasikan 40 persen dari biaya tetap ditambah $0,023 per lembar.

Jumlah
Foto copy
Jumlah
Tetap
Jumlah
Variabel
Total
Pembebanan
Audit
92.000
$9.167
$2.116
$11.283
Pajak
65.000
6.548
1.495
8.043
MAS
115.000
10.476
2.645
13.121
   Total
272.000
$26.191
$6.256
$32.447


c.      Penggunaan Biaya aktual versus Biaya yang di anggarkan
Prinsip umum dari evalusai kerja adalah bahwa manajer tidak boleh di bebani tanggung jawab atas biaya atau aktivitas yang berada di luar kendalinya. Karena para manajer departemen produksi  memiliki input yang signifikan berkaitan dengan tingkat jasa yang di konsumsi, mereka harus di bebani tanggung jawab atas bagian biaya jasa mereka. Namun, pernyataan ini, mempunyai kualifikasi penting ; evaluasi departemen tidak boleh dipengaruhi oleh tingkat efisiensi yang di capai oleh departemen lain.
Ingatlah bahwa biaya tetap tahunan yang dianggarkan adalah sebesar $26.190 dan biaya variabel yang dianggarkan adalah $0,023. Ketiga departemen produksi ; audit, pajak, dan MAS. Mengestimasikan penggunan masing-masing sebesar 94.500 lembar, 67.500 lembar, dan 108.000 lembar. Berdasarkan data tersebut biaya yang dialokasikan kesetiap departemen pada awal tahun. Bahwa metode tarif tunggal menghasilakn pengalokasian yang sama dengan metode tarif berganda  apabila angka yang dianggarkan digunakan.
Metode Tarif Tunggal
Jumlah
Foto copy
x
Tarif
Total
=
Alokasi
Biaya
Audit
94.500
$0,12
$11.340
Pajak
67.500
0,12
8.100
MAS
108.000
0,12
12.960
    Total
$32.400






Metode Tarif Berganda
Jumlah
Foto copy
x
Tarif
Variabel
+
Alokasi
Tetap
=
Biaya yang
Dialokasikan
Audit
94.500
$0,023
$9.167
$11.340
Pajak
67.500
0,023
6.548
8.100
MAS
108.000
0,023
10.476
12.960
    Total
$32.400



                                           




5.    Memilih Metode Alokasi Biaya Departemen Pendukung
Dalam menentukan metode alokasi biaya departemen pendukung yang digunakan, perusahaan harus menetapkan batasan interaksi departemen pendukung. Selain itu, mereka harus menimbang biaya dan manfaat yang berhubungan dengan ketiga metode pengalokasian biaya, yakni ;
a.      Metode langsung
Adalah metode paling sederhana dan paling langsung mengalokasikan biaya departemen pendukung. Biaya jasa variabel dialokasikan langsung ke departemen produksi secara proporsional terhadap masing-masing departemen pengguna jasa. Biaya tetap juga dialokasikan langsung kepada departemen produksi, tetapi berdasarkan proporsi pada kapasitas normal atau praktis departemen produksi.
Departemen Pendukung
Departemen Produksi
Listrik
Pemeliharaan
Penggerindaan
Peraktitan
Biaya lngsung
$250.000
$160.000
$100.000
$60.000
Aktivitas normal :
       Killowat-jam
-
200.000
600.000
200.000
       Jam pemeliharaan
1.000
-
4.500
4.500

b.      Metode Berurutan
Metode ini mengetahui bahwa interaksi diantara departemen pendukung telah terjadi. Akan tetapi, metode berurutan tidak secara penuh mengakui interaksi departemen pendukung. Alokasi biaya dilakukan secara bertahap mengikuti prosedur penetapan peringkat yang ditentukan terlebih dahulu. Biasanya urutanya ditentukan dengan menyusun peringkat departemen pendukung dalam suatu tatanan jumlah jasa yang diberikan, dari yang terbesar ke yang terkecil. Tingkat jasa biasanya di ukur dengan biaya langsung dari setiap departemen pendukung; departemen dengan biaya tertinggi dinilai sebagai pemberi dana terbesar.
Langkah 1 Menghitung Rasio Alokasi
Penggerindaan
Peraktitan
Listrik :
600.000
0,75
-
(600.000 + 200.000)
200.000
-
0,25
(600.000 + 200.000)
Pemeliharaan :
4.500
0,50
-
(4.500 + 4.500)
4.500
-
0,50
(4.500 + 4.500)

Langkah 2 Alokasi Biaya Departemen Pendukung Dengan
Menggunakan Rasio Alokasi
Departemen Pendukung
Departemen Produksi
Listrik
Pemeliharaan
Penggerindaan
Perakitan
Biaya Langsung
$250.000
$160.000
$100.000
$60.000
     Listrik
(250.000)
      -
187.500
62.500
     Pemeliharaan
-
(160.000)
80.000
80.000
$           0
     $           0
$367.500
$202.500
Langkah 1 Menghitung Rasio Alokasi

Pemeliharaan
Penggerindaan
Perakitan

Listrik :
200.000
0,20
-
-

(200.000 + 600.000 + 200.000)

600.000
-
0,60
-

(200.000 + 600.000 + 200.000)

200.000
-
-
0,20

(200.000 + 600.000 + 200.000)

Pemeliharaan :
4.500
-
0,50
-

(4.500 + 4.500)

4.500
-
-
0,50

(4.500 + 4.500)

Langkah 2 Alokasi Biaya Departemen Pendukung Dengan Menggunakan Rasio Alokasi

Departemen Pendukung
Departemen Produksi

Listrik
Pemeliharaan
Penggerindaan
Perakitan

Biaya Langsung
$250.000
$160.000
$100.000
$60.000

Listrik
(250.000)
50.000
150.000
50.000

Pemeliharaan
-
(210.000)
105.000
105.000

$           0
$           0
$355.000
215.000

Alokasi yang di dapatkan dengan metode berurutan . di dapatkan dengan langkah pertama adalah menghitung rasio alokasi. Perhatikan bahwa rasio alokasi untuk departemen pemeliharaan mengabaikan penggunaan oleh departemen listrik karena biayanya tidak dapat dialokasikan ke departemen pendukung. Langkah kedua adalah mengalokasikan biaya departemen pendukung dengan menggunakan rasio alokasi yang dihitung pada langkah pertama. Perhatikan bahwa $50.000 dari biaya departemen listrik dialokasikan ke departemen pemeliharaan. Hal ini mencerminkan kenyataan bahwa departemen pemeliharaan menggunakan 20 persen output departemen listrik. Sebagai akibatnya, biaya oporasi departemen pemeliharaan naik dari $160.00 jadi $210.000.

c.      Metode timbal balik
Metode ini mengakui semua interaksi di antara departemen pendukung. Menurut metode ini salah satu departemen pendukung menggunakan angka departemen lain dalam menentukan total biaya setiap departemen pendukung dimana total biaya mencerminkan interksi iantara departemen pendukung. Jadi, total biaya yang baru dari departemen pendukung dialokasikan ke departemen produksi.
Total biaya departemen pendukung. Total biaya pendukung adalah jumlah dari biaya langsung ditambah proposisi biaya yang diterima dari departemen pendukung lainnya. Persamaan biaya untuk setiap departemen pendukung dapat diperlihatkan sebagai berikut
               P          = Biaya langsung + Bagian dari biaya pemeliharaan
                           = $250.000 + 0,10M (persamaan biaya listrik)               (7.1)
               M         = Biaya langsung + Biaya dari baya listrik
                           = $160.000 + 0,20P (persamaan biaya pemeliharaan)    (7.2)
         Data untuk mengilustrasikan metode timbal balik
Departemen Pendukung
Departemen Produksi
Listrik
Pemeliharaan
Penggerindaan
Perakitan
Biaya Langsung:
   Tetap
$200.000
$100.000
$80.000
$50.000
   Varabel
50.000
60.000
20.000
10.000
       Total
$250.000
$160.000
$100.000
$60.000
Aktivitas Normal
   Kilowatt-jam
-
200.000
600.000
200.000
   Jam pemeliharaan
1.000
-
4.500
4.500
Proporsi Output yang Digunakan oleh Departemen
Listrik
Pemeliharaan
Penggerindaan   Perakitan
Rasio Alokasi:
    Listrik
-
0,20
0,60
0,20
    Pemeliharaan
0,10
-
0,45
0,45

Persamaan biaya listrk (7.1) dan persamaan biaya pemeliharaan (7.2) dapat diselesaikan secara simultan untuk menghasilkan total biaya setiap departemen pendukung. Dengan persamaan ;
                        M         = $160.000 + 0,20 ($250.000 + 0,10M)
                        M         = $160.000 + $50.000 + 0,02 M
                        0,98M  = $210.000
                        M         = $214.286
Dengan mensubsidikan niai untuk M ini kepersamaan 7.1 dihasilkan total biaya untuk listrik.
                        P          = $250.000 + 0.10 ($214.286)
                                    = $250.000 + $21.429
                                    = $271.429

Alokasi Departemen Produksi. Setelah total biaya setiap departemen pendukung diketahui, alokasi kedepartemen produksi dapat diketahui. Alokasi ini, berdasarkan proporsi output yang digunakan oleh setiap departemen produksi. Total biaya yang dialokasikan kedepartemen produksi (dari listrik dan pemeliharaan) sama dengan $410.000, yaitu total biaya langsung dari dua depatemen pendukung ($250.000 + $160.000).

Departemen Pendukung
Departemen Produksi
Listrik
Pemeliharaan
Penggerindaan
Perakitan
Biaya Langsung
$250.000
$160.000
$100.000
$60.000
Listrik
(271.429)
54.286
162.857
54.286
Pemeliharaan
21.429
(21.429)
96.429
96.429
   Total
$0
$0
$359.286
$210.715

6.     Tarif Overhead Departemen Dan Perhitungan Biaya Produk
Tarif biaya overhead dihitung dengan menembahkan biaya pendukung yang dialokasikan ke biaya overhead yang secara langsung dapat ditelusuri pada departemen produksi dan membaginya dengan beberapa ukuran aktivitas, seperti jam tenaga kerja langsung atau jam mesin. Misalnya dari contoh alokasi berurutan total biaya overhead departemen pengesahan adalah $355.000, dan asumsikan bahwa jam mesin adalah dasar untuk pembebanan overhead ke produk dengan aktivitas normal sebesar 71.000 jam mesin, maka tarif biaya overhead departemen pengesahan adalah:

Tarif overhead pengesahaan
=
$355.000
71.000  jam Mesin
=
$ 5 per jam mesin

Dengan cara yang sama, total biaya overhead departemen perakitan sebesar $ 215.000, dan diasumsikan tingkat aktivitas normal sebesar 107.500 jam tenaga kerja, maka tarif biaya overhead di departement perakitan adalah:

Tarif overhead perakitan
=
$215.000
107.500 jam tenaga kerja
=
$ 2 per jam tenaga kerja

Dengan menggunakan tarif – tarif ini, biaya produk per unit dapat ditentukan. Sebagai gambaran, anggaplah bahwa suatu produk membutuhkan dua jam mesin pengasahan dan satu jam perakitan untuk satu unit yang diproduksi. Biaya overhead yang dibebankan ke satu unit produk ini menjadi [ (2 X $ 5) + (1X $ 2)]= $12. Jika produk yang sama menggunakan bahan baku senilai $ 15 dan tenaga kerja sebesar $ 6 (ditotal dari Pengesahan dan Perakitan), maka biaya total per  unit adalah ($ 12 + $ 15 + $ 6).1=$ 33.


B.     ALOKASI JOINT COST
Joint Cost adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sejak pertama kali bahan baku diolah sampai saat berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya.

1.   Pentingnya Alokasi Joint Cost
a. Biaya bersama dapat digunakan untuk menentukan nilai persediaan dan perhitungan harga pokok produk untuk pelaporan eksternal menurut standar akuntansi keuangan.
b. Biaya bersama bermanfaat dalam penentuan nilai persediaan untuk keperluan asuransi.

2.   Masalah Yang Dihadapi dalam Alokasi Joint Cost
Masalah pokok yang dihadapi dalam mengalokasikan biaya produk bersama adalah karena sifatnya yang indivisible artinya biaya produk bersama tidak dapat diidentifikasikan secara spesifik dengan setiap jenis produk yang dihasilkan secara simultan melalui proses produksinya. Oleh karena itu metode alokasi yang tepat harus dipakai sebagai dasar dalam mengalokasikan biaya bersama (joint cost) kepada masing-masing produk.

Terdapat tiga alternatif pendekatan yang dipakai sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya bersama kepada setiap jenis produk yang dihasilkan yaitu:
A.  Pendekatan Harga Jual/Harga Pasar
B.  Pendekatan Satuan atau Unit Produksi
C.  Pendekatan Harga Pokok per Unit.

a. Pendekatan Harga Jual/Harga Pasar
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling populer. Asumsi dari pendekatan ini bahwa ada korelasi positif antara harga jual setiap produk dengan harga pokoknya. Metode ini dikenal juga sebagai nilai bersih yang dapat direalisasi. Nilai bersih yang dapat direalisasi ini merupakan estimasi nilai jual setiap produk pada titik pisah (split off).
Menurut pendekatan ini pengalokasian biaya bersama dapat menimbulkan situasi:
(1)Harga Jual sudah diketahui saat split off.
(2)Harga Jual belum diketahui saat split off.

(1) Harga Jual sudah diketahui saat split off
Menurut pendekatan ini biaya bersama dialokasikan ke tiap-tiap produk dengan cara membagi total nilai harga jual setiap produk dengan total nilai harga jual produk yang diproduksi, kemudian hasilnya dikalikan dengan total biaya bersama.
Contoh:
PT. ANDIKA memproduksi 3 jenis produk yang merupakan produk bersama yang diproses secara simultan dengan joint cost (biaya bersama) Rp650.000,00.
Berikut ini data produksi bulan September 2010:
Keterangan                                                                   Produk
A              B            C

Jumlah unit yang diproduksi                        66.000      70.400    44.000
Harga jual per unit saat split off                 Rp10,00     Rp8,00   Rp6,00

Diminta:
Alokasikanlah joint cost tersebut pada tiap-tiap produk…???
Jawab:
Keterangan
Produk A
Produk B
Produk C
Total
Jumlah unit yang diproduksi
66.000
70.400
44.000
180.400
Harga jual per unit saat split off
Rp10,00
Rp8,00
Rp6,00
24
Penjualan saat split off
660.000
563.200
264.000
1.487.200
Penimbangan
44%
38%
18%
100%
Alokasi Joint Cost
288.462
246.154
115.385
650.000
Biaya Produksi per unit
4
3
3
10


(2) Harga Jual tidak diketahui pada saat split off
Harga jual produk bersama pada saat split off sangat mungkin tidak diketahui terutama sekali bila produk tersebut masih memerlukan proses lebih lanjut. Dalam keadaan ini harga jual produk pada saat menjadi produk selesai (setelah diproses lebih lanjut) tetap harus diketahui. Harga jual produk bersama dalam hal ini disebut harga jual hipotetis. Harga jual hipotetis adalah harga jual produk selesai setelah diproses lebih lanjut dikurangi biaya yang dikeluarkan untuk memproses lebih lanjut produk bersama yang telah terpisah (split off).

Contoh:
PT. PUNKY menghasilkan produk A, B, C, dan D yang merupakan produk bersama. Produk bersama dialokasikan pada saat split off. Produk A, B, dan D diproses lebih lanjut sedangkan produk C langsung dijual. Oleh sebab itu alokasi biaya bersama atas dasar harga jual hipotetis. Berikut data yang diperoleh pada triwulan kedua tahun 2010:

      Biaya               Biaya                  Biaya
         Unit        Bahan Baku    Tenaga Kerja Operhead Pabrik
PDP awal               11.000      Rp 1.100.000  Rp    275.000  Rp    357.500,00
Masuk proses         99.000      Rp 9.900.000  Rp 5.487.625  Rp 6.976.750,00


Biaya proses                Harga jual
Produk selesai (unit):              lebih lanjut/unit           produk/unit
A         16.500                         Rp35,00                      Rp550,00
B         22.000                         Rp45,00                      Rp495,00
C         19.800                              ---                           Rp440,00
D         30.800                         Rp60,00                      Rp660,00
           
PDP akhir 20.900 unit dengan tingkat penyelesaian 100% biaya bahan baku dan 75% biaya konversi.

Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi dengan metode rata-rata pada triwulan kedua termasuk alokasi biaya bersama….???


b. Pendekatan Satuan atau Unit Produksi
Menurut pendekatan ini dasar alokasi dari biaya bersama adalah jumlah kuantitas yang diproduksi untuk masing-masing produk. Persyaratan dalam pendekatan ini satuan unit kuantitas harus sama seperti unit, ton, kilogram, meter, dsb. Metode ini digunakan bila harga produk keluaran sangat cepat berubah atau banyak pemrosesan yang terjadi antara titik pisah dan titik terawal suatu produk dapat dijual atau bila harga produk tidak tersedia di pasar. Cara perhitungan alokasi biaya bersama yaitu dengan membagi jumlah kuantitas masing-masing produk dengan jumlah total kuantitas produk dan hasilnya dikalikan dengan total biaya bersama. Bila produk yang dihasilkan tidak diproses lebih lanjut, maka perhitungan harga pokok per unit akan diperoleh hasil yang sama.

Contoh:
Misalkan menggunakan contoh sebelumnya, alokasi biaya bersama (joint cost) sebesar Rp20.047.500,00. Produk yang dihasilkan A=16.500, B=22.000, C=19.800, dan D=30.800.
                        Jawab:
Keterangan
Produk A
Produk B
Produk C
Produk D
Total
Jumlah unit yang diproduksi
16.500
22.000
19.800
30.800
89.100
Penimbangan
19%
25%
22%
35%
100%
Alokasi Joint Cost
3.712.500
4.950.000
4.455.000
6.930.000
20.047.500
Produksi per unit
225
225
225
225
900


c. Pendekatan Harga Pokok per Unit
Ada dua cara untuk menghitung harga pokok per unit yaitu:
(1)Rata-rata sederhana
(2)Rata-rata tertimbang

(1) Rata-rata sederhana
Harga pokok per unit dihitung dengan membagi total biaya bersama dengan total kuantitas yang diproduksi. Alokasi biaya bersama diperoleh dari harga pokok per unit dikalikan jumlah kuantitas masing-masing produk.

Contoh:
Misalkan menggunakan contoh di muka, diketahui total kuantitas produk jadi 89.100 unit dan total biaya bersama Rp20.047.500,00. Alokasikan biaya bersama tersebut terhadap masing-masing produk.
                        Jawab:

Harga Pokok per Unit
=
Rp 20.047.500
89.100 unit
=
Rp 225/unit

                       
Keterangan
Produk A
Produk B
Produk C
Produk D
Total
Jumlah unit yang diproduksi
16.500
22.000
19.800
30.800
89.100
Penimbangan
19%
25%
22%
35%
100%
Alokasi Joint Cost
3.712.500
4.950.000
4.455.000
6.930.000
20.047.500
Produksi per unit
225
225
225
225
225


(2) Rata-rata tertimbang
Metode rata-rata tertimbang dipakai untuk produksi bersama yang memiliki nilai yang berbeda dari masing-masing jenis produksinya. Dasar perhitungan dalam metode ini adalah jumlah kuantitas dari masing-masing produk dikalikan dengan faktor penimbangnya.
 Faktor penimbang dapat ditetapkan atas dasar jumlah bahan yang dipakai, sulitnya pembuatan produk, waktu pembuatan produk dan tenaga kerja yang diperlukan. Berdasarkan faktor penimbang tersebut, maka setiap produk diberi bobot tertentu yang menunjukkan peringkat produk.

Contoh:
Misalkan masih digunakan contoh di muka, yaitu proses produksi menghasilkan 89.100 unit dengan perincian produk A=16.500, produk B=22.000, produk C=19.800, dan produk D=30.800. Joint cost diperoleh dari harga pokok yang dibebankan pada produk jadi Rp20.047.500,00. Hitunglah alokasi joint cost pada tiap-tiap produk apabila digunakan pendekatan harga pokok rata-rata tertimbang. Diketahui angka penimbang (bobot) tiap-tiap produk adalah 4:2:3:1.
                        Jawab:
Keterangan
Produk A
Produk B
Produk C
Produk D
Total
Jumlah unit yang diproduksi
16.500
22.000
19.800
30.800
89.100
Penimbangan
4
2
3
1
10
Alokasi Joint Cost
8.019.000
4.009.500
6.014.250
2.004.750
20.047.500
Produksi per unit
486
182
304
65
1037